Ibu…
Ayah…
Mereka adalah keluargaku yang paling mengerti aku.
Ibu dan Ayah yang mendidikku sejak kecil. Menuntunku untuk
menjadi manusia yang belajar untuk menerima keadaan. Mengajarkanku berbagai
ilmu yang tidak bisa kutemukan dari yang lain. Ilmu yang bukan hanya ilmu
pengetahuan tapi ilmu kehidupan. Ilmu santun, ilmu menghormati orang lain, ilmu
untuk menjadi orang yang bukan sembarang orang. Meskipun kami bukan orang bergelimang
harta namun bagi keluargaku pendidikan itu penting. Meskipun ayahku hanya
lulusan SMA tapi beliau mampu menyekolahkan 8 anaknya hingga bangku perguruan
tinggi. Semua itu tak lepas dari dorongan ibuku. Karena mereka saling mendukung
dan saling mengerti apa yang harus dilakukan satu sama lainnya. Ketika ayah
membanting tulang mencari nafkah, ibuku mendidik dan mengurus keluarga dirumah.
Mereka berdua yang menyadarkanku bahwa kehidupan memang tidak mudah namun kita
tetap harus menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Awalnya aku menjalani dan tidak
mengerti mengapa orang tuaku mendidik anak-anaknya seperti ini. Untuk apa semua
itu…??
Awalnya aku selalu membandingkan kehidupanku dengan orang
lain. Aku selalu bertanya-tanya mengapa orang lain bisa mendapatkan segala yang
mereka inginkan hanya dengan menjentikkan jarinya? Mengapa orang lain ketika
tidak mendapatkan yang mereka inginkan lantas memaksakan kehendaknya? Mengapa
orang lain dengan marah-marah dan mengamuk bisa mendapat apa yang mereka mau
sedangkan aku tidak??Dari situlah aku belajar, dari situlah aku mengerti bahwa
menjadi orang tua itu tidak selalu harus menuruti keinginan anaknya. Menjadi
orang tua itu harus bisa membuat anak sadar dan mengerti bahwa hal apa saja
yang bisa kita dapatkan dan apa yang tidak bisa kita dapatkan. Semua itu pun
demi kebaikan anak itu sendiri. Kini aku telah merasakan semua hikmah dari
didikan kedua orangtuaku dan aku sangat bersyukur karena memiliki orang tua
seperti ayah dan ibuku.
Namun bagiku, takdir tertulis lain dalam kehidupanku. Ibuku
dipanggil yang Maha Kuasa ketika aku masih berumur 10 Tahun. Awalnya aku belum begitu
merasakan efeknya, namun setelah waktu demi waktu kulalui tanpa kehadiran ibu,
aku menyadari betapa berharganya orangtuaku bagiku! Tanpa ibu aku sempat hilang
arah dan tidak tahu bagaimana menyikapi masalah seolah kapal laut yang berlayar
tanpa Nakhoda! Tanpa ibu aku kesepian dan merasa kurang kasih sayang, tanpa ibu
hidupku menjadi hambar. Hari-hari tanpa ibu membuatku merasa kosong dan hampa.
Namun semua itu menjadikanku untuk menjadi anak yang tidak manja, anak yang
harus bisa menyelesaikan persoalan sendiri. Anak yang harus mampu mandiri.
Semua itu berkat ibuku, ibu yang hanya aku yang memiliki! Walaupun pahit memang
namun sedikit demi sedikit aku belajar. Tak sedikit aku berderai air mata,
namun air mata itu bagiku bukan tanda kelemahan. Aku percaya bahwa walaupun ibu
telah tiada namun beliau pasti berharap aku dapat menjalani kehidupan dengan
sebaik-baiknya. Walaupun beliau sudah meninggalkanku namun kenangannya akan
selalu hidup dalam memoriku. Ohhh Ibuku tersayang!!
Ayah... Beliau pun SUPER bagiku, ayah mengajarkanku banyak
hal. Ayahku serius soal pendidikan, beliau tidak ingin aku main-main dengan
pendidikan. Ayahku telah melewati masa jayanya saat aku mulai merangkak ke
bangku kuliah. Sehingga saat-saat dimana aku harus mencicipi kuliah disanalah
aku merasakan bagaimana pahitnya kehidupan. Bagaimana sulitnya mencapai
sesuatu. Namun aku tidak ingin menyerah. Ayah selalu mengatakan untuk tidak main-main
dalam hal apapun. Ayah selalu ingin aku bersungguh-sungguh. Ayah juga selalu
mengingatkanku untuk menghormati dan menghargai orang lain. Oh Ayaahh! Beliau
selalu mengatakan bahwa mungkin aku tidak seperti orang lain yang selalu bisa
mendapatkan segala keinginan dengan mudah. Aku harus mendapatkan sesuatu dengan
usaha dan kerja keras. Ayah mengatakan padaku bahwa aku tidak perlu malu dengan
identitasku. Justru aku harus bersyukur karena memang aku ini bukan siapa-siapa
dan dengan cara seperti ini aku bisa mempelajari banyak hal. Karena mungkin
orang akan menyepelekan kita namun itu harus menjadikan acuan untuk lebih maju.
Tidak perlulah banyak sesumbar dan jangan pernah sombong atas apa yang dicapai,
banyaklah berpikir dan bergerak. Jangan hanya menerima keadaan tanpa melakukan
apa-apa.
Benar memang benar apa yang dikatakan orang tuaku, apalah
yang bisa kita banggakan? Apalah yang bisa kita pamerkan kepada orang lain?dan
untuk apa semua itu? Karena memang selalu ada orang yang lebih hebat dari kita.
Selalu ada yang lebih kaya dari orang kaya, selalu ada yang lebih pintar dari
yang pintar! Selalu ada yang lebih dari yang lebih, maka dari itu janganlah
terlalu berbangga diri.
Aku memang dari kampung dan aku bukan keluarga yang kaya, aku
bukan anak pejabat atau apalah. Namun ayah selalu mengatakan……
“Walaupun dari kampung yang penting tidak kampungan toh?”
“Untuk apa minder dengan orang-orang lulusan universitas
ternama dari luar negeri, harusnya mereka yang malu karena kamu yang bisa duduk
berdampingan dengan mereka?”
“Selalu belajarlah santun terhadap orang lain, agar mereka
pun bisa berprilaku santun terhadap kita”
Dan banyak ucapan ayah yang menginspirasiku.
Maka dari itu aku akan sangat tidak suka bila ada yang
berlaku dan mengatakan hal yang tidak pantas tentang keluargaku!
Kami memang bukan siapa-siapa namun orang lain tidak berhak
menilai orang hanya dari segi materi atau kedudukan.
Orang tua bagiku sangat berharga. Miris dan sedih bila aku
melihat dan mendengar berita mengenai orang yang tega berbuat keji terhadap
orang tuanya. Aku tak habis pikir, mengapa bisa ada orang-orang yang
menelantarkan orang tuanya, membiarkan orang tuanya yang sudah sepuh untuk
masih berjibaku dengan kehidupan yang keras ini. Memfoya-foyakan apa yang
dimiliki orang tuanya dan tidak bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Mungkin
memang tida semua orang seperti itu namun apakah mereka tidak mengerti betapa
sakitnya bila ditinggalkan orang yang kita kasihi?? Mungkin mereka tidak
menyadari karena mereka belum mengalami, tetapi bagaimana nantinya jika mereka
telah menjadi orang tua dan anaknya tidak berbakti terhadap mereka, barulah
mereka menyadari??pasti sungguh sakitnya tiada tara!
Oleh karena itu, aku tidak ingin menjadi anak yang tidak
berbakti kepada orang tua. Aku masih memiliki ayah yang harus aku hargai, aku
ingin melakukan banyak hal untuk beliau. Meskipun aku tidak akan pernah bisa
membalas budi kedua orangtuaku. Namun setidaknya aku harus melakukan hal dengan
sungguh-sungguh. Ayah dan Ibu pasti tidak akan meminta banyak hal kepada kita.
Namun mereka pasti terluka hatinya bila kita hilang arah dan tujuan dalam
kehidupan. Bila kita sudah tidak memiliki semangat dan keinginan untuk berbuat
sesuatu, jangankan untuk orang lain untuk diri sendiri pun tidak!!Janganlah
menjadi orang yang seperti itu. Aku
sadar aku pun orang biasa, banyak berbuat salah dan mungkin banyak orang yang
tidak menyukaiku. Tapi aku ingin belajar, belajar menjadi orang yang baik, yang
bila melakukan kesalahan aku bisa memperbaikinya. Belajar menerima kekalahan
dan berusaha bangkit setelahnya. Belajar walaupun aku terjatuh tapi berusaha
untuk bangkit kembali. Arus gelombang dalam kehidupanku memang naik dan turun,
tapi aku ingin belajar untuk hidup di dalamnya dan menerima itu sebagai bagian
dari kehidupanku.
Aku ingin berbakti kepada orang tuaku.
Aku ingin berbakti kepada Ibuku walaupun sekarang aku hanya
bisa berdoa untuknya. Walaupun aku sudah tidak bisa memeluk dan melihat
senyumnya. Namun akan selalu kutitip doa untuknya agar Ibu berbahagia disana.
Aku ingin berbakti kepada Ayahku walaupun aku belum bisa
memberikan apa-apa untuknya. Setidaknya mulai sekarang aku akan memulainya.
Menjadi seseorang yang terdidik oleh orang tuanya. Yang dimana bersikap dan
berprilaku baik dan bisa menghargai orang. Yang tidak menyepelekan orang lain,
yang menghormati orang lain dan santun. Kekerasan dan emosi tidak akan
menyelesaiakan masalah dan kita harus berani bersikap serta memiliki prinsip.
AAhhh sulit memang namun aku akan berusaha. Aku tidak ingin melakukan itu untuk
orang lain. Semua ini pembelajaran yang dinasehatkan dari orang tuaku dan suatu
saat bisa kuterapkan terhadap keluargaku!! Syukur-syukur untuk keluarga yang
lain. yang selalu kuingat adalah “Bila orang tak mau meneguk pahit getir masa
belajar beberapa saat, Dia akan merasakan kebodohan seumur hidup.” Dan aku tak
mau seperti itu…
Kasih sayang yang diberikan orang tuaku tak kan pernah lekang sepanjang masa. Kasih sayang orang tualah yang selalu
menguatkanku dalam menjalani kehidupan ini.
Aku ingin menjadi sukses…
Sukses membina diriku untuk lebih maju, sukses dalam
pendidikan, sukses dalam pergaulan, sukses dalam pekerjaan, sukses di
lingkungan sekitar.
Aku ingin menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, aku
ingin menjadi orang yang bukan hanya memikirkan diriku sendiri, tetapi juga
keluargaku, lingkungan sekitarku agar orang-orang bisa merasakan kasih sayang
dan ketulusan hatiku… sehangat dan selembut kasih sayang orang tuaku.
Baktiku untuk negaraku…Bagaimanapun keadaan negaraku aku
tetap mencintainya karena disinilah tanah kelahiranku dan aku bersyukur
karenanya.
Baktiku untuk kampung halamanku…Apapun yang orang katakan
tentangku dan kampung halamanku, aku tetap mencintainya karena disinalah tempat
aku dibesarkan dengan keramahan serta kelembutannya.
Baktiku untuk keluargaku.. Aku menyayangi keluargaku apa
adanya, sebagaimana mereka menyayangiku.
Baktiku untuk orang tuaku….Aku bahagia memiliki orang tua
yang telah membimbingku dan membesarkanku dan aku bersyukur telah dibekali ilmu
yang belum tentu semua orang bisa mendapatkannya..
Terima kasih Ibu…
Terima kasih Ayah…
Terima kasih keluargaku…
Tanpa semuanya, kita hanyalah susunan kata yang tidak pernah bisa
menjadi kalimat
sedangkan untukmu, aku ingin menjadi orang itu..
orang yang bukan sembarang
orang